Cerpen "Berawal dari Tatap"
Berawal dari
Tatap
Ini
adalah sebuah sebuah kisah yang aku alami selama usiaku 16 tahun. Aku bernama
Rachel Mutia Permata dan aku biasa dipanggil Rachel. Aku adalah anak dari 2
orang bersaudara, aku mempunyai satu orang kakak yang sekarang sedang kuliah di
salah satu universitas di Jogja. Masa kecilku berbeda dari masa kecil dari
orang pada umumnya. Dahulu ibuku tidak percaya bahwa ia akan mempunyai anak
yang kedua, karena memang aku tidak direncanakan dan ibuku tidak mau mempunyai
anak terlebih dahulu. Namun, akhirnya orangtuaku pergi ke seorang pendeta di
gerejaku. Pendeta itu menasihati orangtuaku hingga orang tuaku mau menerimaku.
Pada suatu malam ibuku berdoa kepada Tuhan, ibuku berkata kepada Tuhan kalau ia
akan ditempatkan sebagai guru di suatu desa pelosok dan mengapa Tuhan memberi
anak? Namun, Tuhan menjawab kalau anak itu sebagai teman ibuku di desa pelosok
tersebut tepatnya di Pekalongan. Hingga akhirnya ibuku menerima dan bersyukur
pada Tuhan. Dan memang rencana Tuhan itu indah. Banyak kenangan selama aku
kecil di Pekalongan, mulai dari sulitnya mencari air, membeli kebutuhan rumah,
dan harus berpisah dengan Ayah dan kakakku. Hingga akhirnya pada tahun 2005 aku
bisa pindah di Klaten dan berkumpul bersama keluargaku hingga saat ini.
Tahun
demi tahun berlalu, hingga akhirnya aku tumbuh menjadi gadis remaja. Banyak pengalaman manis, pahit yang aku
rasakan. Mulai dari aku mempunyai sahabat dan aku mengenal apa itu jatuh cinta.
Suatu saat ketika aku masih SD kelas 6, aku pernah dicomblangin dengan Miko
cowok kelas sebelah, karena waktu itu aku 6B dan Miko 6A dan tau nggak yang
nyomblangin aku adalah guruku yang bernama Pak
Hasan. Dulu, kerap kali Miko suka main ke kelasku dan pura-puranya mau
ketemu Pak Hasan. Tapi tiba-tiba Pak Hasan bilang kalau Miko mencariku, pernah
juga Pak Hasan minta no hpku, katanya sih yang minta Miko. Pernah suatu saat
Miko menembakku lewat SMS, terus aku bilang nih sama Miko kalau aku nggak mau
jawab. Dan katanya guruku lagi, saat Try
Out nilai Miko jelek karena mikirin aku. Ya itulah cinta monyet, cinta yang
hanya berlangsung seperti membalikkan telapak tangan, dan ketika SMP, aku sudah
tidak berhubungan dengan Miko hingga saat ini.
Sekarang
aku sudah menjadi anak SMA, berkat usaha belajarku akhirnya aku diterima di SMA
yang aku inginkan, yaitu SMA Intan Cerdas Klaten. Kata orang masa SMA itu masa
yang paling menyenangkan. Tapi, apakah ini benar? kataku dalam hati, sambil
memandangi pemandangan di samping jendela tempat tidurku sebelum aku mulai
menjalani masa SMA ku di Intan Cerdas.
Hal
pertama sebelum pembagian kelas, ya MOS (Masa Orientasi Siswa). MOS adalah masa
dimana aku melewati cobaan hidup hahaha, karena di masa ini aku harus menguncir
rambutku sebanyak 18 seperti angkatanku, yaitu angkatan 18. Pernah suatu ketika
aku menerima hukuman dari kakak OSIS karena kaos kakiku kurang tinggi. Aku sebenarnya sangat takut saat itu, namun tak
disangka Michael teman SMP ku juga dihukum dan berdiri di samping ku. Meskipun
aku dihukum, aku tetap menikmati dan mengambil nilai positif yang didapat,
hingga akhirnya MOS pun selesai.
Pertama
kali aku masuk kelas, disitulah ceritaku di X MIPA 3 dimulai. Hari pertama
masuk sekolah ya seperti biasanyalah anak pasti diem, jaim, dan sok kalem gitu
kaya udah kelas anak baik-baik. Seminggu kemudian mulai sedikit terbongkar dari
anak-anak ini ada yang bandel, usil, suka ketawa sendiri, caper sama guru minta
jadi menantunya pun ada, lengkap pokoknya. Bulan demi bulan aku lewati, makin
lama semua makin akrab seperti satu keluarga, tiap hari bertemu, belajar
bareng, main bareng, semuanya bareng. Di SMA tersebut aku juga mempunyai
sahabat, dia sangat baik dan sangat perhatian denganku. Tiap hari ngrumpi
bareng, ketawa bareng, ke WC aja bareng heheeh.
Sahabatku itu bernama Lea.
Saat
SMP, aku punya teman cowok yang sangat dekat sekali denganku, dia bernama
Michael, ya dia yang dihukum bersamaku ketika MOS dulu. Ketika aku tau kalau
Michael satu SMA denganku, aku sangat senang karena aku sebenarnya tertarik
dengan Michael, namun sayang Michael tidak satu kelas denganku, Michael ada di
X MIPA 2. Ya meskipun jarak kelasnya dekat, namun tetap membuatku kecewa.
Beberapa
bulan ku lalui, kini tiba saatnya ulang tahun sekolahku. Saat ulang tahun
tersebut, sekolahku mengundang band terkenal di Indonesia. Aku sangat
senang dan gila-gilaan asik loncat sambil bernyanyi, ya jujur aja ini baru
pertama kalinya aku melihat artis secara langsung.
Satu
semester aku lalui, ya meskipun nilainya pas-pasan tidak membuatku menjadi
patah semangat. Aku juga akhirnya berkomitmen semangat untuk berangkat les. Ya
inilah dampak anak yang menggunakan kurikulum 2013, anak harus belajar sendiri,
belum lagi pulangnya juga sore, yaitu sekitar jam 15.00 WIB, belum lagi les
sampai jam 18.00 WIB, sehingga sampai di rumah sekitar pukul 18.30 WIB. Sampai
di rumah juga harus belajar lagi. Ini terkadang membuatku mengeluh. Namun, ini
harus aku jalani demi masa depanku.
Dari tahun ke tahun, dari SD sampai SMA
ini aku selalu dicomblangin dengan salah satu cowok di kelasku. Tau sendiri kan
waktu SD aku dicomblangin sama Miko. Hal itu juga terjadi ketika SMA ini. Saat
di SMA aku dicomblangin dengan Willy, cowok keturunan Jawa dan Cina dengan
postur tinggi dan gagah. Namun aku biasa saja tak ada perasaan dengan Willy.
Aku sebenarnya masih ada rasa dengan Michael, namun sepertinya Michael tidak
mengetahuinya. Salah satu hal yang membuatku senang adalah ketika aku bertemu
dengan Michael secara tidak sengaja di jalan.
Rachel : “Lea, ayo cepetan pulang, udah
mau hujan nih!”
Lea : “Iya sabar bentar dong, ini
beres-beres.”
Rachel : “Aku tunggu di luar kelas ya?”
Lea : “Oke.”
(Beberapa menit
kemudian...)
Lea : “Ayoo Hel!”
Rachel : “Ayoo, hih lama banget.” (sambil
menggerutu)
(Aku dan Lea
berjalan ke arah luar gerbang, tapi aku masih menggerutu karena menunggu Lea
yang sangat lama. Tiba-tiba saat di lampu merah, Michael datang dari belakang)
Michael : “Rachel.”
(Aku sangat kaget
dan wajahku sangat senang. Aku juga tak sengaja menatap Michael, begitupun
Michael yang menatapku kembali)
Rachel : “Hai Michael”
(Mikhael pun
tersenyum dan melanjutnya berjalannya)
Lea : “Ehem... kayaknya ada yang
lagi berbunga-bunga nih.”
Rachel : “Apaan sih.” (Jawabku dengan
wajah malu-malu)
Kejadian
seperti itu kerap kali membuatku melting,
ya tau sendirilah ketemu cowok yang kita suka, apalagi dulu waktu SMP pernah
diboncengin Michael dari rumah Michael sampai ke sekolah. Di lain pihak ada
Willy yang dicomblangin denganku, namun aku tetap setia dengan Michael meskipun
Michael belum mengetahui perasaanku sampai sekarang.
Hari berganti hari, perasaanku mulai bercampur
aduk antara cinta dan persahabatan. Lebih lagi ceritaku dengan Michael yang
tiap hari pasti ketemu dan pasti juga aku disapa Michael, hal itu membuatku
semakin sulit melupakan Michael. Suatu ketika di saat jam istirahat aku tiduran
di bangku tempat dudukku sambil menghadap jendela sebelah kanan kelas, karena
aku sangat capek belajar di kelas. Di lain pihak, Lea melihat Michael yang
memandangiku dari jendela sebelah kiri. Namun, aku tak mengetahui hal itu. Sepulang
sekolah Lea bercerita itu semua kepadaku, ia menceritakan dengan detail
kejadian ketika jam istirahat tadi. Aku langsung berbunga-bunga dan rasanya GR
(Gede Rasa) banget, namun aku tidak begitu saja percaya apa yang dikatakan Lea,
bisa saja Lea hanya membuatku GR.
Hingga
akhirnya tiba bulan Februari tepat tanggal 14. Aku sangat badmood banget di hari itu karena aku tidak mendapatkan sesuatu
yang spesial di hari itu, beda dengan temanku yang lain yang mendapat coklat,
bunga, atau boneka. Tapi aku? Sekalipun tak pernah. Dengan wajah kesal aku
berangkat sekolah. Aku mengikuti semua pelajaran dengan menggerutu. Di lain
pihak banyak temanku yang mendapatkan sesuatu dari pacar ataupun sahabatnya.
Bel pulang pun berbunyi, dengan menunduk aku berjalan keluar sekolah. Hingga
tiba dirumah, aku langsung membaringkan tubuhku di tempat tidur.
Beberapa menit kemudian Hpku berbunyi, aku bangun dan mencari Hpku di dalam
tas, tiba-tiba aku menemukan sebuah bunga mawar merah dan satu buah coklat. Aku
sangat senang sekali, aku pikir itu pemberian Lea. Kemudian aku langsung
bertanya kepada Lea tanpa menghiraukan pesan darinya terlebih dulu. Tapi, Lea
berkata kalau itu semua bukan pemberian Lea. Dalam hari aku bertanya-tanya,
”Ini milik siapa? Mengapa tidak ada namanya?”. “Apakah ini dari Willy?”, kataku
dalam hati.
Hari
berikutnya aku masuk sekolah dan masih bertanya-tanya tentang orang misterius
itu. Dan pada saat pelajaran aku meminta ijin ke kamar mandi kepada guru. Tak
disangka aku bertemu Michael ketika aku berjalan menuju ke kamar mandi.
Langsung Michael menyapaku dan memberiku sebuah kertas. Michael berkata,
“Tolong dibuka sebelum pulang sekolah ya.” Dengan kaget aku menjawab, “Emang
isinya apa?”. “Buka sendiri saja”, jawab Michael. Michael
pun langsung pergi meninggalkanku dan aku melanjutkan berjalan ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi aku langsung membuka surat dari Michael. Isi surat itu,
“Nanti sepulang sekolah kita ketemuan di Taman Lampion ya.” Aku senang sedikit
kaget, sebenarnya apa yang terjadi?. Aku pun langsung kembali ke kelas dan
menceritakan kepada Lea.
Bel
sekolah pun berbunyi, aku masih ragu dengan ajakan Michael
tadi, tapi Lea menguatkanku dan menyuruhku segera pergi ke Taman Lampion. Aku
pun menuruti perintah Lea, dengan hati deg-degan aku munuju di Taman Lampion,
dari kejauhan aku melihat Michael yang sudah menunggu di sana. Michael pun
tersenyum dan memanggilku. Aku pun menghampirinya dan tiba-tiba Michael
memberiku mawar merah dan dia menembakku. Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku
bertanya kepada Michael, ”Apakah kamu yang memberiku coklat dan sebuah bunga
mawar di hari valentine itu?” jawab Michael, “Ya itu semua aku yang memberikan
untukmu, dan asal kamu tau, aku sebenernya suka kamu sejak pertama kali kita
bertemu saat SMP, tapi aku hanya diam dan kamu tak pernah tau itu. Sebenarnya
aku tau kalau kamu juga suka sama aku. Dan ini saatnya aku menyatakannya.” “Aku
bingung, tapi aku suka kamu. Ya aku terima kamu.” Jawab Rachel.
Sejak
saat itu kita mulai bersama-sama, terkadang Michael mengantarkanku pulang ke
rumah dan kita juga belajar bersama. Aku tak tahu hubungan kita selanjutnya.
Tapi ini semua berawal dari tatap saat kita bertemu.
Karya : Brihana Nugraheni
0 komentar