Cerpen "Berawal dari Tatap"

by - November 26, 2016

Berawal dari Tatap
Ini adalah sebuah sebuah kisah yang aku alami selama usiaku 16 tahun. Aku bernama Rachel Mutia Permata dan aku biasa dipanggil Rachel. Aku adalah anak dari 2 orang bersaudara, aku mempunyai satu orang kakak yang sekarang sedang kuliah di salah satu universitas di Jogja. Masa kecilku berbeda dari masa kecil dari orang pada umumnya. Dahulu ibuku tidak percaya bahwa ia akan mempunyai anak yang kedua, karena memang aku tidak direncanakan dan ibuku tidak mau mempunyai anak terlebih dahulu. Namun, akhirnya orangtuaku pergi ke seorang pendeta di gerejaku. Pendeta itu menasihati orangtuaku hingga orang tuaku mau menerimaku. Pada suatu malam ibuku berdoa kepada Tuhan, ibuku berkata kepada Tuhan kalau ia akan ditempatkan sebagai guru di suatu desa pelosok dan mengapa Tuhan memberi anak? Namun, Tuhan menjawab kalau anak itu sebagai teman ibuku di desa pelosok tersebut tepatnya di Pekalongan. Hingga akhirnya ibuku menerima dan bersyukur pada Tuhan. Dan memang rencana Tuhan itu indah. Banyak kenangan selama aku kecil di Pekalongan, mulai dari sulitnya mencari air, membeli kebutuhan rumah, dan harus berpisah dengan Ayah dan kakakku. Hingga akhirnya pada tahun 2005 aku bisa pindah di Klaten dan berkumpul bersama keluargaku hingga saat ini.
Tahun demi tahun berlalu, hingga akhirnya aku tumbuh menjadi gadis remaja.  Banyak pengalaman manis, pahit yang aku rasakan. Mulai dari aku mempunyai sahabat dan aku mengenal apa itu jatuh cinta. Suatu saat ketika aku masih SD kelas 6, aku pernah dicomblangin dengan Miko cowok kelas sebelah, karena waktu itu aku 6B dan Miko 6A dan tau nggak yang nyomblangin aku adalah guruku yang bernama Pak  Hasan. Dulu, kerap kali Miko suka main ke kelasku dan pura-puranya mau ketemu Pak Hasan. Tapi tiba-tiba Pak Hasan bilang kalau Miko mencariku, pernah juga Pak Hasan minta no hpku, katanya sih yang minta Miko. Pernah suatu saat Miko menembakku lewat SMS, terus aku bilang nih sama Miko kalau aku nggak mau jawab. Dan katanya guruku lagi, saat Try Out nilai Miko jelek karena mikirin aku. Ya itulah cinta monyet, cinta yang hanya berlangsung seperti membalikkan telapak tangan, dan ketika SMP, aku sudah tidak berhubungan dengan Miko hingga saat ini.
Sekarang aku sudah menjadi anak SMA, berkat usaha belajarku akhirnya aku diterima di SMA yang aku inginkan, yaitu SMA Intan Cerdas Klaten. Kata orang masa SMA itu masa yang paling menyenangkan. Tapi, apakah ini benar? kataku dalam hati, sambil memandangi pemandangan di samping jendela tempat tidurku sebelum aku mulai menjalani masa SMA ku di Intan Cerdas.
Hal pertama sebelum pembagian kelas, ya MOS (Masa Orientasi Siswa). MOS adalah masa dimana aku melewati cobaan hidup hahaha, karena di masa ini aku harus menguncir rambutku sebanyak 18 seperti angkatanku, yaitu angkatan 18. Pernah suatu ketika aku menerima hukuman dari kakak OSIS karena kaos kakiku kurang tinggi. Aku  sebenarnya sangat takut saat itu, namun tak disangka Michael teman SMP ku juga dihukum dan berdiri di samping ku. Meskipun aku dihukum, aku tetap menikmati dan mengambil nilai positif yang didapat, hingga akhirnya MOS pun selesai.
Pertama kali aku masuk kelas, disitulah ceritaku di X MIPA 3 dimulai. Hari pertama masuk sekolah ya seperti biasanyalah anak pasti diem, jaim, dan sok kalem gitu kaya udah kelas anak baik-baik. Seminggu kemudian mulai sedikit terbongkar dari anak-anak ini ada yang bandel, usil, suka ketawa sendiri, caper sama guru minta jadi menantunya pun ada, lengkap pokoknya. Bulan demi bulan aku lewati, makin lama semua makin akrab seperti satu keluarga, tiap hari bertemu, belajar bareng, main bareng, semuanya bareng. Di SMA tersebut aku juga mempunyai sahabat, dia sangat baik dan sangat perhatian denganku. Tiap hari ngrumpi bareng, ketawa bareng, ke WC aja bareng heheeh. Sahabatku itu bernama Lea.
Saat SMP, aku punya teman cowok yang sangat dekat sekali denganku, dia bernama Michael, ya dia yang dihukum bersamaku ketika MOS dulu. Ketika aku tau kalau Michael satu SMA denganku, aku sangat senang karena aku sebenarnya tertarik dengan Michael, namun sayang Michael tidak satu kelas denganku, Michael ada di X MIPA 2. Ya meskipun jarak kelasnya dekat, namun tetap membuatku kecewa.
Beberapa bulan ku lalui, kini tiba saatnya ulang tahun sekolahku. Saat ulang tahun tersebut, sekolahku mengundang band terkenal di Indonesia. Aku sangat senang dan gila-gilaan asik loncat sambil bernyanyi, ya jujur aja ini baru pertama kalinya aku melihat artis secara langsung.
Satu semester aku lalui, ya meskipun nilainya pas-pasan tidak membuatku menjadi patah semangat. Aku juga akhirnya berkomitmen semangat untuk berangkat les. Ya inilah dampak anak yang menggunakan kurikulum 2013, anak harus belajar sendiri, belum lagi pulangnya juga sore, yaitu sekitar jam 15.00 WIB, belum lagi les sampai jam 18.00 WIB, sehingga sampai di rumah sekitar pukul 18.30 WIB. Sampai di rumah juga harus belajar lagi. Ini terkadang membuatku mengeluh. Namun, ini harus aku jalani demi masa depanku.
Dari tahun ke tahun, dari SD sampai SMA ini aku selalu dicomblangin dengan salah satu cowok di kelasku. Tau sendiri kan waktu SD aku dicomblangin sama Miko. Hal itu juga terjadi ketika SMA ini. Saat di SMA aku dicomblangin dengan Willy, cowok keturunan Jawa dan Cina dengan postur tinggi dan gagah. Namun aku biasa saja tak ada perasaan dengan Willy. Aku sebenarnya masih ada rasa dengan Michael, namun sepertinya Michael tidak mengetahuinya. Salah satu hal yang membuatku senang adalah ketika aku bertemu dengan Michael secara tidak sengaja di jalan.

Rachel             : “Lea, ayo cepetan pulang, udah mau hujan nih!”
Lea                  : “Iya sabar bentar dong, ini beres-beres.”
Rachel             : “Aku tunggu di luar kelas ya?”
Lea                  : “Oke.”
(Beberapa menit kemudian...)
Lea                  : “Ayoo Hel!”
Rachel             : “Ayoo, hih lama banget.” (sambil menggerutu)
(Aku dan Lea berjalan ke arah luar gerbang, tapi aku masih menggerutu karena menunggu Lea yang sangat lama. Tiba-tiba saat di lampu merah, Michael datang dari belakang)
Michael                       : “Rachel.”
(Aku sangat kaget dan wajahku sangat senang. Aku juga tak sengaja menatap Michael, begitupun Michael yang menatapku kembali)
Rachel             : “Hai Michael”
(Mikhael pun tersenyum dan melanjutnya berjalannya)
Lea                  : “Ehem... kayaknya ada yang lagi berbunga-bunga nih.”
Rachel             : “Apaan sih.” (Jawabku dengan wajah malu-malu)
Kejadian seperti itu kerap kali membuatku melting, ya tau sendirilah ketemu cowok yang kita suka, apalagi dulu waktu SMP pernah diboncengin Michael dari rumah Michael sampai ke sekolah. Di lain pihak ada Willy yang dicomblangin denganku, namun aku tetap setia dengan Michael meskipun Michael belum mengetahui perasaanku sampai sekarang.
 Hari berganti hari, perasaanku mulai bercampur aduk antara cinta dan persahabatan. Lebih lagi ceritaku dengan Michael yang tiap hari pasti ketemu dan pasti juga aku disapa Michael, hal itu membuatku semakin sulit melupakan Michael. Suatu ketika di saat jam istirahat aku tiduran di bangku tempat dudukku sambil menghadap jendela sebelah kanan kelas, karena aku sangat capek belajar di kelas. Di lain pihak, Lea melihat Michael yang memandangiku dari jendela sebelah kiri. Namun, aku tak mengetahui hal itu. Sepulang sekolah Lea bercerita itu semua kepadaku, ia menceritakan dengan detail kejadian ketika jam istirahat tadi. Aku langsung berbunga-bunga dan rasanya GR (Gede Rasa) banget, namun aku tidak begitu saja percaya apa yang dikatakan Lea, bisa saja Lea hanya membuatku GR.
Hingga akhirnya tiba bulan Februari tepat tanggal 14. Aku sangat badmood banget di hari itu karena aku tidak mendapatkan sesuatu yang spesial di hari itu, beda dengan temanku yang lain yang mendapat coklat, bunga, atau boneka. Tapi aku? Sekalipun tak pernah. Dengan wajah kesal aku berangkat sekolah. Aku mengikuti semua pelajaran dengan menggerutu. Di lain pihak banyak temanku yang mendapatkan sesuatu dari pacar ataupun sahabatnya. Bel pulang pun berbunyi, dengan menunduk aku berjalan keluar sekolah. Hingga tiba dirumah, aku langsung membaringkan tubuhku di tempat tidur. Beberapa menit kemudian Hpku berbunyi, aku bangun dan mencari Hpku di dalam tas, tiba-tiba aku menemukan sebuah bunga mawar merah dan satu buah coklat. Aku sangat senang sekali, aku pikir itu pemberian Lea. Kemudian aku langsung bertanya kepada Lea tanpa menghiraukan pesan darinya terlebih dulu. Tapi, Lea berkata kalau itu semua bukan pemberian Lea. Dalam hari aku bertanya-tanya, ”Ini milik siapa? Mengapa tidak ada namanya?”. “Apakah ini dari Willy?”, kataku dalam hati.
Hari berikutnya aku masuk sekolah dan masih bertanya-tanya tentang orang misterius itu. Dan pada saat pelajaran aku meminta ijin ke kamar mandi kepada guru. Tak disangka aku bertemu Michael ketika aku berjalan menuju ke kamar mandi. Langsung Michael menyapaku dan memberiku sebuah kertas. Michael berkata, “Tolong dibuka sebelum pulang sekolah ya.” Dengan kaget aku menjawab, “Emang isinya apa?”. “Buka sendiri saja”, jawab Michael. Michael pun langsung pergi meninggalkanku dan aku melanjutkan berjalan ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi aku langsung membuka surat dari Michael. Isi surat itu, “Nanti sepulang sekolah kita ketemuan di Taman Lampion ya.” Aku senang sedikit kaget, sebenarnya apa yang terjadi?. Aku pun langsung kembali ke kelas dan menceritakan kepada Lea.
Bel sekolah pun berbunyi, aku masih ragu dengan ajakan Michael tadi, tapi Lea menguatkanku dan menyuruhku segera pergi ke Taman Lampion. Aku pun menuruti perintah Lea, dengan hati deg-degan aku munuju di Taman Lampion, dari kejauhan aku melihat Michael yang sudah menunggu di sana. Michael pun tersenyum dan memanggilku. Aku pun menghampirinya dan tiba-tiba Michael memberiku mawar merah dan dia menembakku. Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku bertanya kepada Michael, ”Apakah kamu yang memberiku coklat dan sebuah bunga mawar di hari valentine itu?” jawab Michael, “Ya itu semua aku yang memberikan untukmu, dan asal kamu tau, aku sebenernya suka kamu sejak pertama kali kita bertemu saat SMP, tapi aku hanya diam dan kamu tak pernah tau itu. Sebenarnya aku tau kalau kamu juga suka sama aku. Dan ini saatnya aku menyatakannya.” “Aku bingung, tapi aku suka kamu. Ya aku terima kamu.” Jawab Rachel.

Sejak saat itu kita mulai bersama-sama, terkadang Michael mengantarkanku pulang ke rumah dan kita juga belajar bersama. Aku tak tahu hubungan kita selanjutnya. Tapi ini semua berawal dari tatap saat kita bertemu.

Karya : Brihana Nugraheni

You May Also Like

0 komentar