Cerpen "Saat Cinta Bersatu"

by - November 27, 2016

Saat Cinta Bersatu
Kamis, 9 Juli 2015,  hari dimana anak-anak labil udah saatnya beranjak ke masa yang lebih dewasa, masa yang udah enggak kekanak-kanakan lagi,  dan masa yang udah bukan waktunya buat galau-galauan lagi. Yaitu masa putih abu-abu. Dan pada hari itu lah, Putri mengikuti MOPD ( Masa Orientasi Peserta Didik ) di sekolah barunya. Nama lengkapnya adalah Elsa Putri Cahaya. Ia bersekolah di sekolah yang cukup bonafit di kotanya, yaitu kota Surabaya. Kepribadian Putri sama seperti cewek-cewek pada umumnya. Ia sangat suka dengan warna pink, apalagi warna pink pastel, hmm bahkan seisi kamarnya full dengan warna pink. Mulai dari dinding kamar yang di cat dengan warna pink pastel kesukaannya, meja belajar, dan kasur di kamarnya pun juga berwarna pink. Maklum saja, dari kecil ia sangat suka dengan kartun anak-anak Hello Kitty. Semua perabot yang ada di kamarnya, tersusun sangat rapi. Sehingga siapa saja yang ada di kamar itu pasti akan merasakan kenyamanan. Namun, kesukaannya terhadap warna pink tidak ia tampakkan kepada orang-orang disekitarnya, kecuali kepada orang tua dan sahabat-sahabatnya. Putri sangat suka bernyanyi. Dari kecil ia sudah belajar bernyanyi dengan guru vokalnya, bahkan ia pernah menjuarai beberapa lomba yang ada di kotanya. Trophy kejuarannya pun tertata rapi diatas meja belajarnya.
Baru sehari masuk sekolah, Putri udah klepek-klepek sama salah seorang kaum adam di kelompok MOPDnya, kelompok trapesium. Namanya Rendy Putra. Saat ia maju ke depan kelas untuk memimpin jalannya diskusi, ia melihat seorang pria  yang duduk di kursi paling belakang di kelas itu. Pria pendiam dengan senyum yang memikat hati kaum hawa yang melihatnya, hmm siapa lagi kalau bukan Rendy.
Putri yang memang dari dulu tergolong anak yang rajin, sepulang sekolah ia pun langsung mengerjakan tugas dari seniornya, tiba-tiba handphone nya berdering, ada pesan masuk, ia membaca pesan itu...
“Hai Put, rumah kamu daerah mana? J – Rendy”.
Sontak, Putri pun berteriak cukup keras,  untung saja saat itu ia sedang di rumah sendiri, ia tak henti-hentinya untuk tersenyum dan memandangi layar handphone nya. Karena Rendy menggunakan emot senyum yang membuat Putri seakan –akan sedang melihat senyuman itu di dunia nyata. Dan, Putri pun menjawab...
“Hai Ren J Rumahku di Jl. Gatot Subroto No.14.  Rumahku di pinggir jalan, gerbang warna pink pastel”.
Namun, handphone nya berdering lagi, ternyata itu adalah laporan bahwa pesan tersebut gagal terkirim. Hmm ternyata pulsa sms Putri tinggal Rp 0,-. Akhirnya Putri pun tidak membalas pesan itu.
Keesokan harinya di sekolah, Putri memimpin diskusi lagi bersama seorang temannya yaitu Satrio Bagus. Satrio berasal dari SMP yang sama dengan Putri. Lagi-lagi, Putri melihat senyuman itu. Di dalam hati Putri berkata “Mashaallah... indah sekali senyuman itu”. Senyuman itu membuat Putri keGR-an. Sepulang sekolah, Putri memberanikan diri untuk sms ke nomor Rendy.
“Selamat Sore Ren J maaf ya, sms mu kemarin tidak aku balas. Rumahku di Jl. Gatot Subroto No.14.  Rumahku di pinggir jalan, gerbang warna pink pastel”, Putri mengulang sms yang gagal terkirim kemarin sore.
Namun, berkebalikan dari hari kemarin, kali ini Rendy lah yang tidak membalas sms Putri. Putri sempat kecewa karena Rendy tak membalas smsnya, namun Putri kembali tersenyum, karena besok di sekolah ia akan bertemu dengan pria itu lagi. Ya kalau ngliat pria itu, rasanya jantung mau copot, senyumnya membuat jantung Putri berdegup kencang tak beraturan, ckckck.
Mentari kembali menampakkan kehadirannya di muka bumi ini, itu tandanya Putri harus segera bersiap-siap untuk ke sekolah. Hari itu adalah hari MOPD terakhir, hari itu menjadi hari yang menyedihkan bagi Putri, karena hari itu adalah hari terakhir Putri bisa melihat senyuman itu sebelum libur datang. Putri ngga bisa ngebayangin gimana nantinya ia bisa melihat senyuman itu lagi. Namun, hari itu Putri telah memiliki foto pria idamannya itu, karena pada hari itu kelompoknya mengadakan acara bakti sosial di suatu masjid yang tidak jauh dari sekolahnya. Sesampainya di rumah, ia langsung mencetak foto itu, dan di belakang cetakan foto itu tertulis...
“ Sabtu, 11 Juli 2015, kenangan MOPD yang tak akan terlupakan, aku berfoto dengan lelaki yang berhasil membuat jantungku berdebar saat melihat senyumannya”.
Foto itu langsung ia masukkan ke album barunya yang ia beri judul “ Masa-masa SMA “
3 minggu telah berlalu, tepatnya tanggal 3 Agustus 2015, para siswa-siswi SMA di seluruh penjuru Surabaya sudah memulai aktivitas belajar mengajar di sekolah masing-masing. Tak berbeda jauh dengan Putri. Putri masuk jurusan IPA di sekolahnya. Saat memasuki kelas barunya, yaitu kelas X IPA 2, ia tidak melihat Rendy di kelas barunya, itu tandanya dia tidak satu kelas dengan pria idamannya itu. Ohh sungguh, ia kecewa karena tidak sekelas dengan Rendy. Sepulang sekolah, Putri tidak langsung pulang, namun ia berkeliling menyusuri setiap kelas untuk melihat papan nama yang tergantung di pintu kelas. Dan ia mendapati nama “Rendy Putra”, ternyata ia di jurusan IPS. Yaitu kelas X IPS 2. Hmm sama-sama 2, namun beda jurusan. “Nggak papa lah, beda jurusan besok juga akan bersatu, haha!” ,celoteh Putri dalam hati sambil meringis sedikit.
Hari demi hari telah Putri lewati tanpa melihat senyuman itu, sampai pada hari Jumat tanggal 28 Agustus 2015, saat Putri berangkat sekolah dan menuju kelasnya, ia berpapasan dengan seorang pria. Pria itu tersenyum, dan senyuman itu tertuju pada Putri. Ya pria itu adalah Rendy. Sungguh, itu membuat Putri sangat bahagia. Dan keesokan harinya, 29 Agustus 2015 pada jam yang sama ia pun juga melihat senyum pria itu mengarah lagi kepadanya, senyuman itu tak bisa membendung bibir Putri untuk membalas senyuman itu. “Ohh God, pertanda apa ini?”. Itulah pertanyaan besar di benak Putri.
            Senin, 31 Agustus 2015, setelah anak-anak SMA Persada Surabaya upacara rutin di lapangan, lagi-lagi Putri berpapasan dengan Rendy. Dan sama seperti biasanya, Rendy mengeluarkan jurus jitu nya, yaitu senyum badainya. Putri klepek-klepek dengan senyuman itu. Jantung Putri berdebar begitu cepat setelah berpapasan dengan pria itu. Malamnya, Putri memberanikan diri untuk chattingan dengan Rendy.  Pesan pertamanya :  “Hai Rendy J apa kabar?”. Sampai larut malam, Rendy tak kunjung membalas pesan dari Putri, karena Rendy belum juga membaca pesan itu. Mungkin saja Rendy, sedang sibuk mengerjakan tugas-tugasnya.
Bulan telah berganti begitu cepatnya, Agustus menjadi September. Pergantian bulan itu suram bagi Putri. Apalagi kalau bukan karena kuota internetnya habis. Hmm dan Putri pun di landa kegalauan. Akhirnya Putri pun membeli kuota internetnya. Saat ia online WhatsApp ada pesan masuk dari Rendy...
“Hai juga Put. Kabar baik kok. Kalau kamu gimana?”.
Namun pesan itu di kirim Rendy pukul 22.00 saat kuota Putri habis. Saat Putri berniat menjawab, lastseen profile Rendy pukul 21.57 . Menurut Putri, lebih baik ia tidak membalas pesan itu, karena ia tak mau mengganggu Rendy, karena itu sudah terlalu malam untuk berbincang disosmed. Setelah membaca pesan Rendy, Putri pun langsung tertidur dengan pulasnya.
Keesokan harinya, setelah Putri mengerjakan PR, Putri langsung mengambil hpnya, dan langsung online WhatsApp. Biasanya ia hanya membuka pesan-pesan yang ada di Grup WA yang ia ikuti saja, namun kali ini ia mengirim pesan kepada Rendy.
“Hai Ren, alhamdulillah kabarku baik-baik saja. Lama tidak berbincang ya”.
Tidak lama kemudian, Rendy pun membalas pesan Putri.
“Alhamdulillah Put, kalau begitu. Iya ya, lama kita tidak berbincang”
 “Di sekolah kita hanya saling tersenyum ya Ren, kita belum pernah berbincang secara langsung. Karena dari aku nya sendiri sih takut untuk memulai perbincangan terlebih dahulu. Berani memulai hanya melalui sosmed, hahaha”
Dan... chattingan itu terus berlanjut. Sampai-sampai Putri ketiduran dan tidak membaca pesan Rendy yang terakhir yang mengatakan “Selamat Malam Put”.
Keesokan harinya, saat istirahat pertama, ia bertemu dengan Rendy yang saat itu juga berada di depan kantin sekolah, tak terduga Rendy pun menyapa Putri yang sedang asyiknya ngobrol dengan sahabat karibnya yaitu Dhina Amanda. “Hai Putri” itulah 2 kata yang diucapkan oleh Rendy, dan berhasil membuat Putri jatuh hati mendengar suaranya. Putri tak dapat berkata apa-apa, ia hanya bisa tersenyum dan terus memandangi punggung pria itu yang telah beranjak meninggalkan titik dimana Putri terpaku saat Rendy menyapanya.
“Aduh Putri, baru sebulan masuk sekolah aja, udah dapet gebetan ya? Aku kapan dicariin?”, canda Manda.
 “Apaan sih Nda, aku hanya temenan kok sama dia, ngga lebih” jawab Putri judes. Karena Putri, tak ingin ada seorangpun yang tahu bahwa ia telah jatuh cinta kepada laki-laki itu.
Setiap hari nya, dua anak remaja yang sudah saatnya meninggalkan masa labilnya itu, Rendy dan Putri, mereka hanya bisa saling memandang satu sama lain dan hanya bisa berbalas senyum. Setiap harinya, Putri pun memotret Rendy secara diam-diam. Dan sepulang sekolah langsung ia cetak, tak lupa ia masukkan ke album kesayangannya. Dan sampai akhirnya, hal itu membuat Manda merasa curiga kepada Putri, yang sering senyum-senyum sendiri saat memandangi Rendy.
Melihat tingkah laku sahabatnya itu, Manda pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Putri tentang perasaannya. Dan akhirnya, Putri pun menceritakan seluruh isi hatinya kepada Manda, bahwa ia kagum terhadap Rendy. Tetapi lama kelamaan, rasa kagum itu berubah menjadi rasa cinta.
Suatu hari, teman sebangku Rendy mengusilinya. Ia membacakan pesan-pesan Putri yang masih terdapat di riwayat chat WhatsApp Rendy. Dan akhirnya, berita bahwa Rendy dan Putri memiliki hubungan yang khusus itu tersebar ke seluruh anak-anak kelas X SMA Persada Surabaya. Dan teman sekelas Putri pun tahu tentang itu. Akhirnya, Putri dan Rendy menjadi bahan bullyan di kelas mereka masing-masing. Hal itu menjadikan keduanya semakin jatuh cinta satu sama lain. Dan pada suatu malam, Putri memberanikan diri untuk mengirimkan sebuah voice note lagu percintaan yang sedang booming pada saat itu, dan pastinya Rendy juga tau apa makna dari lagu tersebut.
Setelah mereka berdua saling memberi kode, bahwa mereka saling mencintai satu sama lain, mereka sudah tak canggung lagi untuk berbincang di depan umum. Setiap harinya, mereka ngobrol di emperan kelas Putri, dan mereka pun juga sering belajar bersama. Meskipun beda jurusan, itu tidak menjadi masalah untuk mereka berdua. Mereka tetap bisa membantu satu sama lain jika ada yang kesulitan dalam mengerjakan tugas. 
Suatu hari, saat Rendy berniat untuk menjemput Putri karena mereka berjanji untuk belajar bersama, Rendy melihat sebuah album foto di luar tas Putri, dan pada saat itu Putri sedang tidak ada di kelasnya. Rendy pun penasaran dengan album itu. Dan tak terduga oleh Rendy, album itu mayoritas berisi foto Rendy. Hal itu menjadikan Rendy semakin yakin untuk menambatkan hatinya kepada Putri. Saat Putri datang,  tiba-tiba Rendy memegang kedua tangan Putri, dan itu membuat Putri tak bisa bergerak dan tak mampu untuk mengucapkan sepatah kata apapun. Ia seperti terpaku. Jantung nya berdebar begitu cepat. Dan Rendy mengucapkan sebuah kalimat yang tak terduga oleh Putri sebelumnya...
“Put, maukah kamu jadi pacarku? “, ucap Rendy lirih.
“Ren, apakah aku sedang bermimpi?”, jawab Putri dengan tampang terheran-heran
“Enggak Put, kamu enggak mimpi kok”, jawab Rendy dengan tersenyum sambil mencubit pipi kanan Putri yang tembemnya minta ampun.
“Aww! Kok aku di cubit sih”, ucap Putri dengan judes sambil manyun.
“Habisnya kamu gitu sih jawabnya, aku kan serius. Kamu mau jadi pacarku nggak?” tanya Rendy untuk kedua kalinya.
Tanpa pikir panjang Putri pun langsung menjawab pertanyaan itu dengan tampang sok sedih, “Aku ngga bisa Ren”.
Jawaban itu membuat wajah Rendy seketika berubah, dari wajah yang tersenyum ceria menjadi wajah yang masam, seperti orang-orang pada umumnya saat dilanda kekecewaan. Dan tak selang beberapa lama Putri melanjutkan perkataannya tadi “Aku ngga bisa nolak Ren”.

Sontak, Rendy pun langsung memeluk tubuh kurus cewek berpipi gendut itu dengan hati yang begitu bahagianya. Dan ia mengucapkan, “Put, aku berjanji tidak akan pernah menyia-nyiakanmu. Aku sungguh menyanyangimu. Dan aku berjanji akan menjagamu sampai maut memisahkan kita”

Karya : Mercia Widyasari 

You May Also Like

0 komentar